PERISTIWA (FACTS)
Latar Belakang Situasi yang Dihadapi
Penilaian Tengah
Semester (PTS) merupakan salah satu bentuk evaluasi terhadap proses
pembelajaran yang telah dilakukan di sekolah. Oleh sebab itu, semua murid harus
mengikuti proses tersebut dengan baik. Tetapi sayangnya, di setiap kegiatan
PTS, masih ada saja murid yang tidak mengikuti kegiatan PTS sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan.
Pada tanggal 23 – 27 September 2021, sekolah
saya menyelenggarakan PTS Ganjil Tahun Pelajaran 2021/2022. Beberapa mata
pelajaran diujikan secara luring, sedangkan Sebagian yang lain diujikan secara
daring. Mata pelajaran yang saya ampu, Bahasa dan Sastra Inggris kebetulan
diujikan secara daring yaitu melalui website sekolah.
Setelah kegiatan PTS selesai, ternyata
ada 5 murid di kelas saya yang tidak mengikuti PTS dengan berbagai alasan. Pada
hari Sabtu/2 Oktober 2021, murid yang belum mengikuti PTS diberikan kesempatan
susulan dari pukul 08.00-18.00 WIB. Namun, dari 5 murid tersebut yang mengikuti
susulan hanya 1 orang.
Ketidak ikutan 4 murid dalam kegiatan
susulan membuat dilema. Saya harus mengambil keputusan, apakah saya akan
melakukan tindakan coaching terhadap murid-murid ini dan kembali memberikan
kesempatan PTS untuk yang ke tiga kalinya ataukah mengosongkan nilai PTS mereka
dengan alasan murid sudah diberi kesempatan PTS sebanyak 2 kali namun tidak
diikuti.
Dalam mengambil keputusan, sebagai pemimpin pembelajaran, saya menggunakan 9 langkah pengujian keputusan. Terdapat 9 langkah pengujian pengambilan yang saya gunakan, yaitu: 1) mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan; 2) menentukan siapa yang terlibat; 3) mengumpulkan fakta-fakta yang relevan; 4) pengujian benar/salah; 5) pengujian paradigma; 6) melakukan prinsip resolusi; 7) investigasi trilema; 8) membuat keputusan, dan 9) melihat kembali keputusan dan merefleksikan.
Pertama, saya mengidentifikasi nilai-nilai yang saling bertentangan. Di satu sisi, saya harus turut menegakkan peraturan sekolah namun di sisi yang lain saya harus mencoba menggali secara lebih mendalam apa yang menjadi kendala 4 murid ini sehingga mereka tidak mengikuti PTS.
Kedua, pihak yang terlibat dalam dilema ini adalah murid, panitia, wali kelas, dan guru mata pelajaran. Dalam hal ini panitia telah menyelenggarakan PTS dan mengadakan PTS susulan bagi murid yang belum mengikuti PTS. Namun, jika masih ada saja murid yang tidak mengikuti PTS, maka panitia menyerahkan sepenuhnya mengenahi murid yang belum mengikuti PTS kepada guru mata pelajaran.
Ketiga, saya mengumpulkan fakta-fakta yang relevan. Dari hasil coaching terhadap murid yang tidak mengikuti PTS, muncul berbagai alasan. Pada saat PTS mereka mengaku terlambat mengirimkan jawaban. Terlambat mengirimkan jawaban sudah pasti menyebabkan jawaban tidak terekam oleh sistem komputer panitia PTS. Adapun alasan tidak mengikuti susulan PTS yang mereka sampaikan adalah ketiadaan kuota untuk mengerjakan PTS susulan secara daring dan kendala HP yang sedang sedang rusak.
Keempat, saya melakukan uji benar atau salah terhadap keputusan yang akan saya ambil. Apabila saya memutuskan untuk tidak memberikan kesempatan PTS lagi kepada empat murid tersebut tentunya keempat murid tersebut tidak akan memiliki nilai PTS dan itu tentu saja tindakan yang kurang tepat bagi seorang guru.
Kelima, saya melakukan pengujian paradigma. Saya menganalisa paradigma dilema apa yang sedang saya hadapi. Dari empat paradigma dilema, kasus yang saya hadapi ini saya golongkan ke dalam paradigma dilema rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy).
Keenam, prinsip resolusi yang saya gunakan dalam mengambil keputusan adalah prinsip berpikir berbasis hasil akhir (end-based learning). Saya berpikir bahwa jika saya mengosongkan nilai PTS 4 murid ini, jika diakumulasi dengan nilai penilaian harian dan nilai penilaian akhir semester, maka nilai murid-murid tersebut pasti akan kecil. Nilai yang kecil dapat meneyebabkan nilai mereka menjadi tidak tuntas.
Ketujuh, opsi trilema adalah opsi yang dapat dipilih manakala di antara dua opsi yang ada masih belum tepat untuk dilakukan. Opsi trilema dalam dilema ini adalah memberikan kesempatan kepada murid untuk mengikuti PTS susulan secara luring. Dengan PTS luring, saya harus mencetak soal PTS dan mengoreksinya secara manual.
Kedelapan, dari berbagai opsi yang ada, saya memutuskan untuk menggunakan opsi trilema sebagai jalan keluar dari dilema. Saya memberikan kesempatan kepada murid untuk mengikuti PTS secara luring.
Kesembilan, setelah mengambil keputusan, saya meninjau kembali keputusan yang telah saya ambil. Saya menimbang kembali apakah keputusan saya sudah tepat. Setelah saya pikirkan berulangkali, memberikan kesempatan PTS susulan kepada empat murid tersebut secara luring adalah keputusan yang terbaik.
Melakukan coaching terhadap murid yang
tidak mengikuti PTS merupakan salah satu cara saya untuk mengetahui alasan yang
sebenarnya tentang mengapa empat murid tersebut tidak mengikuti kegiatan PTS
walaupun sudah diberikan kesempatan sebanyak 2 kali. Melalui komunikasi asertif
saya berharap agar murid-murid tersebut menyadari pentingnya mengikuti kegiatan
PTS sesuai jadwal dan mereka dapat menggali potensi diri sendiri sehingga mereka
mampu mengatasi berbagai kendala saat proses penilaian di masa yang akan
datang.
Hasil Aksi Nyata
Aksi nyata saya dalam pengambilan keputusan membuat saya lebih cermat dalam membuat keputusan. 9 langkah pengambilan keputusan telah saya terapkan dan membuat hati saya menjadi lebih lega karena pada akhirnya saya keluar dari dilema.
PERASAAN (FEELINGS)
Saya merasa bersyukur telah mendapatkan materi tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran pada modul 3.1. Dengan mendapatkan materi ini saya dapat mengambil keputusan dengan cara yang lebih tepat. Saya telah menerapkan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan dalam kehidupan sehari-hari saya.
PEMBELAJARAN (FINDINGS)
Dalam menjalankan aksi nyata, saya membutuhkan waktu khusus untuk melakukan coaching terhadap empat murid yang belum mengikuti PTS. Dengan kesibukan mengajar 2 shift pagi dan siang dari pukul 08.00-16.30 WIB mengharuskan saya untuk dapat menyiasati waktu sehingga saya dapat melakukan praktik coaching dengan model TIRTA dengan leluasa dan mendapatkan hasil coaching sesuai dengan harapan.
PENERAPAN KE DEPAN (FUTURE)
Dengan masih adanya murid yang tidak mengikuti PTS sesuai dengan jadwal, saya berharap, pada kesempatan penilaian proses pembelajaran di masa yang akan datang, semua pihak yang terkait seperti panitia, wali kelas, orang tua, dan guru mata pelajaran saling bahu membahu dalam mengingatkan murid agar dapat mengikuti kegiatan penilaian dengan baik dan sesuai jadwal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar