Sabtu/18 September 2021
Pada minggu ke-19 di hari Senin/13 September 2020, jadwal di LMS yaitu membuat koneksi antar materi modul 3.1.a.9, baik dalam bentuk tulisan maupun produk audio visual. Tetapi saya mengerjakan tugas koneksi materi ini lebih awal. Saya membuat tulisan artikel dengan mengikuti panduan yang ada di LMS lalu mempublikasikannya di blog pribadi saya pada hari Jum’at/10 September 2021.
Karena saya telah mengerjakan tugas koneksi antar materi, maka pada hari senin tersebut saya membuat rancangan konsep demonstrasi kontekstual dan aksi nyata. Di hari Selasa (14 September 2021), saya harus membuat aksi nyata dalam bentuk artikel yang ditulis dengan menggunakan kerangka 4F (Facts, Feeling, Findings, and Future). Aksi nyata dalam bentuk artikel ini saya publikasikan melalui blog pribadi saya, yaitu suesierfina.blogspot.com.
Hari berikutnya (Rabu/15 September 2021) saya memasuki sesi materi pada modul 3.2 tentang pemimpin dalam pengelolaan sumber daya. Seperti biasa, saya harus mengikuti sesi pendahuluan yang berisi video uraian materi singkat dari instruktur dan menjawab beberapa pertanyaan pada sesi mulai dari diri.
Setelah itu di hari Kamis dan Jumat (16-17 September 2021) saya menuntaskan telaah konsep yang ada pada sesi eksplorasi konsep. Pada sesi ini saya mendapat banyak materi terutama tentang adanya pendekatan berbasis kekurangan/masalah (deficit based thinking) dan pendekatan berbasis aset/kekuatan (asset based thinking).
Seorang kepala sekolah sebaiknya menggunakan pendekatan pengembangan sekolah berbasis aset dimana pendekatan ini berfokus pada kekuatan atau kelebihan yang dimiliki oleh sekolah. Dalam rangka memperdalam pemahaman terhadap materi, saya harus menyelesaikan studi kasus yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya, antara lain studi kasus tentang bu Yuni dan pak Parjo.
Dari materi yang ada pada modul 3.2, saya mendapatkan banyak hal positif. Hal positif tersebut di antaranya adalah saya menjadi lebih memahami peran kepala sekolah dalam pengelolaan sumber daya. Seorang kepala sekolah harus memiliki kompetensi manajerial, kewirausahaan, dan supervisi guru dan tenaga kependidikan. Dari studi kasus tentang bu Yuni dan pak Parjo, saya dapat mengetahui bagaimana seharusnya seorang kepala sekolah berpikir dan bertindak.
Dalam mengerjakan tugas-tugas pada minggu ini saya tidak menemukan kendala yang signifikan. Saya hanya menjadi kurang tidur karena tidur larut malam demi menyelesaikan tugas-tugas. Saya berusaha untuk selalu mengerjakan tugas dengan tepat waktu dan sesuai dengan panduan atau rubrik penilaian.
Setelah melalui proses memahami berbagai materi pada minggu ini, saya jadi menemukan ide-ide baru seandainya saya adalah seorang kepala sekolah. Saya akan membuat perencanaan dan pengelolaan yang baik pada sumber daya biotik maupun abiotik yang ada di sekolah saya. Sebagai seorang kepala sekolah, saya akan membuat program yang berbeda namun memiliki kebermanfaatan yang besar bagi seluruh warga sekolah.
Dari keseluruhan proses yang saya lewati selama seminggu ini, saya dapat menyimpulkan bahwa materi pada modul 3.1 maupun 3.2 berkaitan erat satu sama lain. Pada modul 3.1 saya mendapatkan bekal sebagai pengambil keputusan efektif dan bertanggung jawab, sedangkan pada modul 3.2 saya mendapatkan wawasan baru tentang bagaimana menjadi seorang pemimpin yang dapat mengelola sumber daya yang ada secara optimal. Demikian pula dengan modul-modul sebelumnya. Semuanya saling terkait. Seperti saat saya mengomentari kasus bu Yuni, saya menyisipkan tentang pembelajaran berdiferensiasi dan kompetensi sosial emosional. Demikian pula ketika saya harus berandai sebagai kepala sekolah saat menghadapi kasus pak Parjo. Saya menggunakan pengetahuan tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, kompetensi sosial emosianal, dan coaching dalam menyelesaikan studi kasus tentang pak Parjo.
Catatan:
Refleksi ini saya tulis dengan menggunakan model Six Thinking Hats (Teknik 6 Topi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar