Pendidikan dimaksudkan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Makna dari kata menuntun yaitu mengarahkan murid untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki dan terus mengawasi gerak laku mereka sehingga mereka tetap berjalan pada koridor yang benar.
Menurut Ki Hadjar
Dewantara, pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan, bersifat
dinamis sehingga terus bergerak. Seperti halnya tata surya, pendidikan terus
berubah sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Karena itu seorang guru
harus bisa memahami karakteristik murid (kodrat alam) dan selalu belajar agar
bisa selalu mengikuti perkembangan zaman (kodrat zaman). Meskipun zaman terus
berubah, namun perubahan itu harus tetap berakar pada nilai-nilai budaya yang
sudah ada.
Guru diibaratkan seperti
seorang petani dan murid sebagai tanaman. Seorang petani harus bisa menanam dan
merawat tanaman sesuai dengan kodratnya. Dalam hal ini murid bukanlah
tabularasa. Murid adalah pribadi yang unik yang memiliki karakteristik
masing-masing. Oleh sebab itu guru harus memahami perbedaan karakteristik
tersebut dan mengakomodasi semua kebutuhan murid.
Dalam mengembangkan sekolah
Taman Siswa, Ki Hadjar Dewantara juga terinspirasi dari metode Frobel dan
Montessori. Persamaan metode Frobel dan Montessori adalah dalam hal menggunakan
kekuatan lahir untuk mendidik batin. Demikian pula yang diterapkan oleh Taman
Siswa. Taman siswa tidak hanya berfokus pada akal dan budi murid tetapi juga
pada kebahagiaan jiwa. Karena itu, dalam proses pembelajaran, Taman Siswa
menggunakan banyak metode permainan seperti gateng, gobak sodor, congklak, dan
lain-lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar